Menolak ajakan suami untuk berhubungan
Seorang istri yang menolak ajakan dari suami untuk berhubungan intim, meskipun sang istri tidak sedang berhalangan atau kekurangan apapun adalah perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah.
Dari Abu Hurairah menyatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada seorang suami yang mengajak istrinya ke tempat tidur kemudian istrinya menolak sehingga suaminya marah atas dirinya, maka malaikat melaknat perempuan tersebut hingga datangnya pagi hari.” (HR. Bukhari).
Menampakan qana’ah
Seorang istri hendaknya tidak menuntut lebih dari apa yang mampu diberikan seorang suami padanya. Sikap ini dalam agama Islam disebut sebagai qana’ah. Adab istri pada suami harus diwujudkan dengan rasa syukur. Meskipun begitu, seorang istri juga harus mendorong suaminya untuk terus berikhtiar agar tetap mencari rezeki yang halal.
Berzina dengan laki-laki lain
Berzina adalah perbuatan dosa besar yang paling dibenci oleh Allah. Hukum dari berzina adalah haram. Allah telah melarang seluruh hamba-Nya untuk melakukan zina seperti yang disebutkan dalam firman Allah pada surat Al-Isra ayat 32.
“Dan, janganlah dirimu mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya, perbuatan zina tersebut merupakan suatu perbuatan keji serta jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).
Menurut syariat agama Islam, perbuatan zina yang dilakukan oleh seseorang yang telah menikah disebut sebagai zina muhshan. Menurut Masykur Arif Rahman dalam bukunya yang berjudul Dosa-dosa yang Paling Dibenci Allah Sejak Malam Pertama, dijelaskan bahwa pelaku zina muhshan dijatuhi hukuman yang lebih berat yaitu berupa dirajam atau dilempari dengan batu.
Hal tersebut juga disebutkan dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Umar bin Khattab dalam pidatonya, seperti berikut ini:
“Sesungguhnya, Allah telah menurunkan kitab pada Nabi-Nya dan di antara yang diturunkan pada beliau adalah ayat mengenai rajam. Nabi Muhammad SAW telah melaksanakan hukuman rajam bagi kami, dan kami pun telah melaksanakan (hukum rajam) tersebut setelah beliau.
Aku merasa khawatir, jika zaman telah berlalu lama, akan ada orang-orang yang berkata, ‘Kami tidak mendapatkan hukum rajam dalam kitab Allah!’ sehingga mereka termasuk orang sesat karena meninggalkan kewajiban yang telah Allah Azza wa Jalla turunkan.
Sungguh (hukuman) rajam merupakan benar dan ada pada kitab Allah untuk orang-orang yang melakukan zina jika telah pernah menikah (muhshan) jika telah terbukti dengan saksi, kehamilan atau pengakuan dari diri sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berzina dengan laki-laki lain
Berzina adalah perbuatan dosa besar yang paling dibenci oleh Allah. Hukum dari berzina adalah haram. Allah telah melarang seluruh hamba-Nya untuk melakukan zina seperti yang disebutkan dalam firman Allah pada surat Al-Isra ayat 32.
“Dan, janganlah dirimu mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya, perbuatan zina tersebut merupakan suatu perbuatan keji serta jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).
Menurut syariat agama Islam, perbuatan zina yang dilakukan oleh seseorang yang telah menikah disebut sebagai zina muhshan. Menurut Masykur Arif Rahman dalam bukunya yang berjudul Dosa-dosa yang Paling Dibenci Allah Sejak Malam Pertama, dijelaskan bahwa pelaku zina muhshan dijatuhi hukuman yang lebih berat yaitu berupa dirajam atau dilempari dengan batu.
Hal tersebut juga disebutkan dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Umar bin Khattab dalam pidatonya, seperti berikut ini:
“Sesungguhnya, Allah telah menurunkan kitab pada Nabi-Nya dan di antara yang diturunkan pada beliau adalah ayat mengenai rajam. Nabi Muhammad SAW telah melaksanakan hukuman rajam bagi kami, dan kami pun telah melaksanakan (hukum rajam) tersebut setelah beliau.
Aku merasa khawatir, jika zaman telah berlalu lama, akan ada orang-orang yang berkata, ‘Kami tidak mendapatkan hukum rajam dalam kitab Allah!’ sehingga mereka termasuk orang sesat karena meninggalkan kewajiban yang telah Allah Azza wa Jalla turunkan.
Sungguh (hukuman) rajam merupakan benar dan ada pada kitab Allah untuk orang-orang yang melakukan zina jika telah pernah menikah (muhshan) jika telah terbukti dengan saksi, kehamilan atau pengakuan dari diri sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak menemani suami tidur
Sepasang suami dan istri harus senantiasa diwajibkan tidur bersama dan tidak pisah ranjang, selama situasi serta kondisi tersebut masih memungkinkan. Dengan kata lain, seorang istri yang ingin tidur sendiri atau tidur bersama dengan anak-anaknya wajib meminta izin kepada sang suami lebih dulu.
Jika istri tidak menemani suami tidur, maka sesungguhnya tindakan tersebut adalah dosa besar seperti sabda dari Rasulullah SAW berikut ini:
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang istri semalaman tidur terpisah dari ranjang sang suami, maka malaikat akan melaknat dirinya hingga waktu subuh datang.”
Dari keenam perbuatan seorang istri pada suami yang termasuk dosa-dosa besar tersebut, seorang istri juga harus mengetahui bahwa kewajiban seorang istri adalah berbakti pada suaminya.
Hendaknya seorang istri menjaga amanah dari suaminya di rumah, baik itu berupa harta sang suami, rahasia dan lainnya. Seorang istri juga lebih baik bersungguh-sungguh dalam mengurus urusan rumah tangga.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Berikut bunyinya.
“Dan perempuan adalah penanggung jawab di rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lainnya, Allah berkata bahwa perempuan saleh adalah perempuan yang taat kepada Allah. Hal tersebut tercantum dalam QS. An Nisa ayat 34. Berikut bunyinya.
“Oleh karena itu, maka perempuan yang saleh adalah perempuan yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya ketika suaminya sedang tidak ada, oleh sebab itu Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisa (4): 34).
Demikianlah penjelasan mengenai dosa besar istri terhadap suami beserta dalilnya. Grameds yang ingin mengetahui hal-hal lain dalam berumah tangga menurut ajaran agama Islam, bisa membaca buku terkait. Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kamu.
Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan berbagai macam buku bermanfaat dan original untuk Grameds. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Pada dasarnya setiap orang tidak suka dibohongi. Hati bisa menjadi sakit apabila dibohongi oleh orang lain, apalagi oleh suami sendiri. Sosok suami yang seharusnya membimbing dan memberikan contoh yang baik kepada istri dan anak-anak ternyata malah berkata dusta dan menimbulkan kekecewaan. Tentu sikap suami tersebut tidak terpuji dan tidak pantas untuk dilakukan.
Allah Swt. pun melarang manusia untuk berbohong. Hal tersebut ada dalam firman-Nya surah Al-Baqarah ayat 42 berikut ini:
“Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kepalsuan atau (janganlah kamu) menyembunyikan kebenaran sedang kamu mengetahuinya.” (Q.S. Al-Baqaroh: 42).
Pembohong Adalah Orang Munafik
Di dalam Islam, orang yang suka berbohong disebut sebagai orang yang munafik. Hal tersebut disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari berikut ini:
“Tanda orang munafik ada tiga, pertama apabila berbicara berbohong, lalu apabila berjanji mengingkari atau menyelisihi janji, dan apabila diberi amanah berkhianat.”
Di dalam surah At-Taubah ayat 68, Allah Swt. memberikan balasan yang berat bagi mereka yang munafik. Allah Swt. berfirman:
“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.”
Baca Juga: Bolehkah Istri Bersedekah dengan Harta Suami?
Berbohong yang Dibolehkan
Meskipun berbohong dilarang oleh agama Islam, akan tetapi ada kondisi-kondisi tertentu yang membolehkan seseorang untuk berbohong. Berbohong di sini bukan untuk kejahatan, akan tetapi untuk nilai-nilai kemaslahatan.
“Aku tidak menganggapnya sebagai seorang pembohong. (Pertama), seorang laki-laki yang memperbaiki hubungan antara manusia. Ia mengatakan suatu perkataan (bohong), namun ia tidak bermaksud dengan perkataan itu kecuali untuk mendamaikan. (Kedua), seorang laki-laki yang berbohong dalam peperangan. Dan (ketiga), seorang laki-laki yang berbohong kepada istri atau istri yang berbohong kepada suami (untuk kebaikan).” (H.R. Abu Daud).
Dalam hadis yang lain, dibahas pula soal ini. Rasul saw. bersabda:
“Ada seseorang yang datang menemui Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah aku berdosa jika aku berdusta kepada istriku?’” Nabi saw. pun menjawab, “Tidak boleh, karena Allah Ta’ala tidak menyukai dusta.” Lalu orang itu pun bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, (dusta yang aku ucapkan itu karena) aku ingin berdamai dengan istriku dan aku ingin senangkan hatinya.” Kemudian Nabi saw menjawab, “Tidak ada dosa atasmu.” (H.R. Al-Humaidi. Hadis ini dinilai sahih oleh Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahihah).
Dari hadis di atas, contoh lainnya seorang suami diperbolehkan berbohong misalnya saat berbohong dengan makanan buatan istri. Karena suami ingin menyenangkan hati istrinya sekaligus menghargai masakan yang dibuat istrinya, maka suami berbohong mengatakan masakan istrinya enak.
Selain itu, contoh lainnya misalnya mengucapkan bahwa istrinya cantik dan menawan untuk membuat suasana hati sang istri membaik. Selama tidak untuk menipu dan berbohong untuk keburukan, maka tidak mengapa suami berbohong kepada istrinya.
Baca Juga: Kriteria Suami Saleh dalam Keluarga
Tidak Menjadikan Bohong Sebagai Kebiasaan
Meskipun berbohong untuk kebaikan itu dibolehkan, tetapi suami tidak boleh menjadikan berbohong sebagai kebiasaan. Misalnya, berbohong kepada istri ada pekerjaan di kantor sehingga harus pulang terlambat, padahal ia terlambat karena berkumpul dengan teman-temannya.
Berhati-hatilah karena berbohong untuk keburukan akan menggiring pelakunya kepada neraka.
Dari Ibnu Mas’ud r.a, ia berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan menuntun menuju surga. Sungguh seseorang yang membiasakan jujur niscaya dicatat di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kemungkaran, sedangkan kemungkaran menjerumuskan ke neraka. Sungguh orang yang selalu berdusta akan dicatat sebagai pendusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Itulah penjelasan tentang hukum dibolehkannya seorang suami berbohong kepada istri. Mudah-mudahan bisa menambah wawasan keislaman baru bagi Sahabat.
Jangan lupa untuk mengunjungi infak.id dari Rumah Zakat untuk menunaikan infak hariannya. Dengan berinfak, maka kita pun bisa membantu orang lain yang sedang kesulitan. Yuk, berinfak melalui infak.id!
Perasaan kamu tentang artikel ini ?
Tidak berkhianat ketika menjaga harta sang suami
Salah satu kewajiban seorang istri ialah memegang kepercayaan suami atas seluruh hartanya. Salah satunya adalah dengan tidak membelanjakan harta suami atas barang-barang yang tidak diperlukan. Selain itu, ketika mengelola kekayaan suami, seorang istri harus bisa mendapatkan berkah untuk keluarganya.
Keluar rumah tanpa izin dari suami
Banyak dari para istri yang keluar rumah dengan tujuan tertentu tanpa adanya pemberitahuan dari suami. Mengutip buku berjudul Fiqh Keluarga Terlengkap oleh Rizem Aizid, perbuatan seorang istri yang demikian adalah perbuatan dosa, meskipun memiliki tujuan yang baik.
Allah berfirman mengenai larangan seorang istri yang keluar dari rumah tanpa izin dari suami dalam surat Al Ahzab ayat 33 yang artinya adalah berikut ini:
“Dan hendaklah dirimu tetap di rumahmu dan janganlah dirimu berhias serta bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu serta dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat serta taatilah Allah serta Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah memiliki maksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait serta membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33).
Mulut berbau segar serta berpakaian bersih
Selain menjaga badan agar tetap harum, seorang istri juga harus menjaga kebersihan mulut serta pakaiannya. Kesegaran yang tampak dari harumnya mulut serta pakaian yang bersih tentu saja akan menjadi perhatian bagi seorang suami.
Mulut bersih dan wangi serta pakaian yang bersih akan membuat tampilan semakin menarik dan tentu saja hal tersebut akan disukai oleh sang suami.
Selalu merasa malu
Meskipun pasangan suami istri bukan lagi pengantin baru, tetapi seorang istri hendaknya tetap mempertahankan rasa malunya kepada suami. Tentu saja rasa malu yang dimaksud adalah dalam artian positif.
Contohnya seperti malu ketika badannya bau, sehingga membuat suami atau orang sekitar tidak nyaman atau malu karena memiliki sifat buruk.
Senantiasa taat pada perintah suami
Adab seorang istri pada suami selanjutnya adalah taat pada suami, selama perintah suami tidak bertentangan dengan syariat agama Islam. Saat hal tersebut terjadi, seorang istri bisa mengajukan keberatan dengan cara yang sopan atau menolak perintah suami dengan cara halus, seorang istri juga bisa mengajukan alternatif pilihan lain dari perintah sang suami.